Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Friday, 3 January 2014

Untuk Sebuah Nama



Kami berdua sedang duduk disebuah tempat kopi sore ini menyaksikan matahari yang lambat laun mulai tertutup oleh awan hitam, sepertinya hujan akan segera turun. Kami duduk berhadapan aku duduk tepat dihadapannya. Kupandangi wajahnya yang terihat ceria meski samar-samar karena kurangnya intensitas cahaya yang masuk, tanpa kusadari pikiranku terbuang jauh kemasa lalu mengingat kembali perjalanan panjang yang telah kita berdua lewati.

Saat ini perjalanan kami telah memasuki masa satu setengah tahun, tanpa terasa banyak sudah cerita dan kisah yang kami lewati bersama, suka dan duka, canda dan derai air mata.
Ia hadir didalam sepi, masuk bagai pencuri dan memberikan semua yang ku cari. Bersamanya aku belajar berbagi dan menerima, mengerti dan memaklumi, bersamanya pula aku belajar untuk memercayai yang tidak terlihat.

Dia mengajarkan aku apa itu mencintai, alasan mencintai bukan sebatas wajah yang cantik, tubuh yang indah, perhatian ataupun kebersamaan. Mencintai itu bagai menemukan sosok yang mampu menyeimbangkan, melengkapi tiap kekurangan dan melihat keutuhan kita tercermin didalam dirinya serta saling menerima apa adanya.

Aku bersyukur tuhan telah menemukan ku dengannya, meski ku tahu setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitu juga dengan kebersamaan ini setiap awal pasti memiliki akhir, ya setidaknya itulah hukum alam yang sudah tertulis dari dulu. Yang dapat ku lakukan sekarang hanyalah bagaimana mengisi setiap detik kebersamaan dengannya.

Entah sudah berapa lama aku terdiam dalam lamunanku, piring yang berisi kentang goreng itu sudah kosong tak tersisa, gelas kopi yang terisi penuh sekarang hanya tersisa sedikit, wajahnya yang tadi ceria sudah mulai terihat bosan. Segera tanganku bergerak menghampiri tangannya dan menggengamnya.

Dia adalah alasan mengapa aku mencintai.

Untuk sebuah nama…

No comments:

Post a Comment