Kami berdua sedang duduk
disebuah tempat kopi sore ini menyaksikan matahari yang lambat laun mulai
tertutup oleh awan hitam, sepertinya hujan akan segera turun. Kami duduk
berhadapan aku duduk tepat dihadapannya. Kupandangi wajahnya yang terihat ceria
meski samar-samar karena kurangnya intensitas cahaya yang masuk, tanpa kusadari
pikiranku terbuang jauh kemasa lalu mengingat kembali perjalanan panjang yang
telah kita berdua lewati.
Saat ini perjalanan kami
telah memasuki masa satu setengah tahun, tanpa terasa banyak sudah cerita dan
kisah yang kami lewati bersama, suka dan duka, canda dan derai air mata.
Ia hadir didalam sepi, masuk
bagai pencuri dan memberikan semua yang ku cari. Bersamanya aku belajar berbagi
dan menerima, mengerti dan memaklumi, bersamanya pula aku belajar untuk
memercayai yang tidak terlihat.
Dia mengajarkan aku apa itu
mencintai, alasan mencintai bukan sebatas wajah yang cantik, tubuh yang indah,
perhatian ataupun kebersamaan. Mencintai itu bagai menemukan sosok yang mampu
menyeimbangkan, melengkapi tiap kekurangan dan melihat keutuhan kita tercermin
didalam dirinya serta saling menerima apa adanya.
Aku bersyukur tuhan telah
menemukan ku dengannya, meski ku tahu setiap pertemuan pasti ada perpisahan,
begitu juga dengan kebersamaan ini setiap awal pasti memiliki akhir, ya setidaknya
itulah hukum alam yang sudah tertulis dari dulu. Yang dapat ku lakukan sekarang
hanyalah bagaimana mengisi setiap detik kebersamaan dengannya.
Entah sudah berapa lama aku
terdiam dalam lamunanku, piring yang berisi kentang goreng itu sudah kosong tak
tersisa, gelas kopi yang terisi penuh sekarang hanya tersisa sedikit, wajahnya
yang tadi ceria sudah mulai terihat bosan. Segera tanganku bergerak menghampiri
tangannya dan menggengamnya.
Dia adalah alasan mengapa
aku mencintai.
Untuk sebuah nama…
No comments:
Post a Comment